Mungkin apa yang saya alami ini, tergolong cukup terlambat. Karena, teknologi VR sendiri sudah mulai terdengar pergerakan dan inovasinya di berbagai industri sejak 2018. Dan sejak 1980, istilah Virtual Reality mulai muncul berkat sosok bernama Jaron Lanier. Tapi, kebanyakan terjadi di luar negeri. Di Amerika, Jepang, dan Eropa. Sementara, untuk Indonesia, masih sangat tergolong baru.
Kesempatan untuk berinteraksi dan mencicipi sendiri headset VR itu pun saya alami di 2023. Awalnya, saya canggung dan sedikit mengalami kebingungan. Untungnya, tidak perlu mengalami banyak motion sickness yang mengkhawatirkan. Tapi memang, saya harus ingat waktu setiap kali “tenggelam di dalam dunia maya VR”. Jangan sampai mata terlalu dipaksa bekerja hingga mengalami kelelahan daya penglihatan – yang adalah sangat krusial bagi seorang artist/desainer.
Bersamaan dengan impian saya untuk membawa pengetahuan 2d concept, ke level yang lebih tinggi, maka teknologi VR bisa menjadi jawaban dari impian tersebut. Memang, perlengkapan dan infrastruktur untuk menikmati VR cukup mahal dan perlu kerja keras untuk memilikinya. Tapi, saya melihatnya bukan sebagai alat main game, tapi sebagai sebuah investasi jangka panjang, baik untuk pengembangan karir, skill, dan potensi tak terduga di masa depan. Itu harapan saya.
Inilah salah satu personal project eksperimen saya, ketika menggubah sketsa 2d flat, menjadi sebuah dunia 3d imersif yang dapat dijelajahi dan dimasuki! Semua dibuat dengan bantuan tools Meta Quest 2, dan aplikasi gratis, Open Brush.
Selalu menantikan waktu-waktu berkreasi lagi di dalam dunia 3d!